BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan bidang yang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembangunan Nasional. Salah satu tujuan pendidikan Nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan dan rohani yang mampu mewujudkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (UU RI No 20.2003: 5).
Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kemampuan dan prestasi belajar secara integral dan berlangsung sepanjang hidup baik pendidikan secara formal maupun non formal artinya bahwa pendidikan tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan tidak henti-hentinya setiap saat dan dimana saja.
Menurut Ihsan (2003: 5) dalam bukunya dasar-dasar kependidikan menyebutkan tentang pendidikan yaitu :
a. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan.
b. Suatu pengarahan dan bimbingan ang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya.
c. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat.
d. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak menuju kedewasaan.
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang diharapkan tidak hanya yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi, juga harus memiliki keterampilan, kreatif, maju, dan professional serta memiliki kepribadian yang kuat, berbudi pekerti luhur, bertaqwa dan beriman, bertanggung jawab serta berorientasi pada masa (UU RI NO 20.2003: 5).
Ungkapan di atas menggambarkan bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi umat manusia, walaupun dalam kenyataannya bahwa tidak semua masyarakat dapat menuntaskan pendidikan secara utuh. Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yangartinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilaiyang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan carak dan bentuk interaksi.
Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Guru harus melakukan banyak kegiatan dalam interaksi edukatif, diantaranya memahami prinsip-prinsip interaksi edukatif, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode, alat dan alat bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi setelah akhir kegiatan pengajaran. Guru tidak boleh mengabaikan komponen-komponen tersebut dalam perencanaan pengajaran, karena semua komponen saling terkait dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode merupakan salah satu dari komponen pengajaran yang memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa menggunakan metode, kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses. Tugas utama guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Iklim belajar mengajar yang menantang berkompetisi secara sehat serta memotivasi siswa dalam belajar, akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar yang optimal.
Sebaiknya guru memiliki kamampuan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat. Kegiatan pendidikan di sekolah cukup banyak maka sangat menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Apabila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada tiap mata pelajaran maka tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Pemberian tugas-tugas tersebut sebagai selingan variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah. Tugas semacam itu dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, di
rumah maupun sebelum pulang, sehingga dapat dikerjakan bersama teman. Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh siswa sebaiknya dapat dipantau sehingga dapat diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri terutama bila tugas itu dilakukan di luar sekolah atau di luar jam tatap muka (Roestiyah, 2001: 133).
Teknik pemberian tugas bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal ini diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan hal yang menunjang belajarnya. Selain guru, siswa atau peserta didik juga berperan penting dalam proses interaksi pembelajaran agar berjalan dengan baik dan sesuai tujuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran di sekolah sering dijumpai kenakalan atau pelanggaran yang dilakukan siswa, misalnya membolos, terlambat, membuat keributan, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan salah satu cerminan dari kurangnya disiplin siswa. Untuk mengatasinya, pihak sekolah membuat peraturan, tata tertib dan disertai sanksi bagi pelanggarnya dengan berbagai pertimbangan yang tidak memberatkan siswa dan untuk kebaikan siswa itu sendiri yaitu agar siswa dapat disiplin dalam kegiatan belajar mengajar. Prijodarminto dalam Tu’u (2004:30) mengartikan ”disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupan. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan (sekolah) dan pengalaman”.
Disiplin juga merupakan sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang, termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal atau otodidak (Tulus Tu’u, 2004:4).
Timbulnya sikap disiplin pada siswa memerlukan proses dan latihan yang cukup lama. Diperlukan pengendalian dan pemahaman agar anak dapat berdisiplin di sekolah dan di rumah. Mengacu dari latar belakang di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam proposal penelitian skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Seberapa Besar Pengaruh Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengaruh Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk Mengetahui seberapa besar Pengaruh Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat positif bagi peneliti sendiri dan para Guru serta siswa SMPN 2 Mataram, secara lebih rinci penjabaran manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis peneliti berharap agar hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi akademis dalam pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa terhadap kinerja para Guru. Selain itu diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi mengenai metode pemberian tugas dan kedisiplinan siswa guna meningkatkan kualitas kinerja guru dan dapat menambah khazanah pengetahuan peneliti sehingga dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya. Kepada semua pihak yang bergerak secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang pendidikan dan sebagai pertimbangan bagi institusi dalam merancang program pembelajaran akademik selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan bagi kepala sekolah SMPN 2 Mataram dan Guru Mata Pelajaran Agama Hindu untuk lebih meningkatkan kinerja dan melakukan inovasi, agar para peserta didik termotivasi untuk belajar sehingga tercapai prestasi belajar secara optimal.
b. Bagi peneliti secara pribadi, dapat dijadikan refrensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang pengaruh respon siswa pada metode pemberian tugas dan kedisiplinan siswa yang belum dikaji dalam penelitian ini.
E. Kerangka Berpikir
Penjelasan:
Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Guru harus melakukan banyak kegiatan dalam interaksi edukatif, diantaranya memahami prinsip-prinsip interaksi edukatif, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode, alat dan alat bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi setelah akhir kegiatan pengajaran. Guru tidak boleh mengabaikan komponen-komponen tersebut dalam perencanaan pengajaran, karena semua komponen saling terkait dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode merupakan salah satu dari komponen pengajaran yang memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa menggunakan metode, kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses. Tugas utama guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Iklim belajar mengajar yang menantang berkompetisi secara sehat serta memotivasi siswa dalam belajar, akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar yang optimal.
Teknik pemberian tugas bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal ini diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan hal yang menunjang belajarnya. Selain guru, siswa atau peserta didik juga berperan penting dalam proses interaksi pembelajaran agar berjalan dengan baik dan sesuai tujuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran di sekolah sering dijumpai kenakalan atau pelanggaran yang dilakukan siswa, misalnya membolos, terlambat, membuat keributan, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan salah satu cerminan dari kurangnya disiplin siswa. Untuk mengatasinya, pihak sekolah membuat peraturan, tata tertib dan disertai sanksi bagi pelanggarnya dengan berbagai pertimbangan yang tidak memberatkan siswa dan untuk kebaikan siswa itu sendiri yaitu agar siswa dapat disiplin dalam kegiatan belajar mengajar.
Disiplin juga merupakan sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang, termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal atau otodidak.
F. Hipotesis dan Keterbatasan
1. Hipotesis
“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 2002: 64).
Menurut maknanya dalam suatu penelitian hipotesis merupakan “jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini” (Mardalis, 2006: 48).
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara yang diberikan peneliti terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini adapun hipotesis yang diajukan adalah hipotesis alternative (Ha) yang berbunyi “Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Berpengaruh Signifikan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011”.
2. Keterbatasan
Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan peneliti, maka perlu diadakan pembatasan penelitian. Tetapi pembatasan ini bukan berarti mengurangi hasil yang diharapkan.
a. Pengamatan terbatas pada variabel yang hendak di ukur yaitu pengaruh respon siswa pada metode pemberian tugas dan kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011.
b. Subyek yang diteliti yaitu hanya siswa beragama hindu SMPN 2 Mataram kelas VIII tahun pelajaran 2010/2011.
c. Pada penelitian ini dibatasi hanya pada metode pemberian tugas, kedisiplinan dan pretasi belajar siswa, lokasi penelitian ini dipusatkan di SMPN 2 Mataram.
G. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran istilah yang ada dalam judul skripsi “Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa STAHN Gde Pudja Mataram Tahun Akademik 2009/2010”, maka perlu dijabarkan istilah yang dianggap penting berikut:
1. Pengaruh
Sudjana (2000:13) mengatakan bahwa “pengaruh adalah efek atau akibat yang diberikan variabel bebas kepada variabel tak bebas”. Sedangkan dalam kamus umum Bahasa Indonesia diartikan bahwa, “pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkekuatan atau berkekuasaan” (Depdikbud, 2001: 719). Dalam kaitan dengan penelitian ini pengaruh adalah efek yang ditimbulkan dari gejala yang satu terhadap gejala yang lainnya.
2. Pemberian Tugas
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, tugas diartikan sebagai “kewajiban yang harus dikerjakan, pekerjaan yang dibebankan, perintah untuk berbuat untuk melakukan sesuatu”. Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus peserta didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat. Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata kuliah tertentu dan tugas dapat berupa perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku-buku.
Dalam kaitan dengan penelitian ini bahwa tugas merupakan pekerjaan yang diberikan oleh tenaga pendidik yang harus diselesaikan oleh peserta didik tanpa terikat dengan tempat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai yang diharapkan.
3. Disiplin Siswa
Sardiman (2007: 111) menjelaskan bahwa siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Siswa atau anak didik menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya.
Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada (Unaradjan, 2003: 9). Sedangkan menurut Tu’u (2004: 40) disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Jadi dalam kaitannya penelitian ini disiplin siswa adalah kesadaran diri yang muncul dari diri siswa itu sendiri untuk menaati segala ketentuan, peraturan, dan norma yang berlaku di dalam kelas dan dilingkungan sekolah.
4. Prestasi Belajar
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang sudah di usahakan: belajar-kerja” (Badudu, 2001: 1088).
Sedangkan “belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dan bahan yang telah dipelajari. Dari hasil aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam individu. Sebaliknya bila tidak terjadi perubahan individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil” (Sardiman dalam Djamarah 1994: 21).
Setelah mencermati dan mengkaji uraian di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata atau kecakapan aktual yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Pemberian Tugas
1. Definisi Metode Pemberian Tugas
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru menggunakan metode yang bervariasi (Winarno. S, 2003: 96).
Dalam kamus besar BI (1999: 107), tugas diartikan sebagai sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang atau pekerjaan yang wajib dibebankan. Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat. Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu dan tugas dapat berupa perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran
(www.websters.dictionary-online-net).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah salah satu teknik yang digunakan dengan tujuan agar siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat terintegrasi.
2. Fase-fase Pemberian Tugas
Menurut Winarno.S, (www.scribd.com) pemberian tugas dapat mengikuti fase-fase berikut:
1. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada setiap peserta didik harus jelas dan petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
2. Fase Belajar
Fase ini peserta didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan dan petunjuk-petunjuk guru.
3. Fase Resitasi
Fase ini peserta didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya, baik berbentuk laporan lisan maupun tertulis.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Menurut Winarno, (2010) ada beberapa kelebihan dan kekurangan pemberian tugas antara lain :
a) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama
b) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Kekurangan pemberian tugas antara lain :
a) Anak didik sering melakukan penipuan, misalnya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan
c) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedan individu
4. Indikator Metode Pemberian Tugas
Metode merupakan salah satu komponen interaksi edukatif yang berperan penting bagi terciptanya tujuan pembelajaran. Beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai keberhasilan metode ini pada siswa adalah:
a) Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru.
b) Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar.
c) Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
d) Siswa dapat memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru.
e) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugasnya.
f) Tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
g) Turut serta dan terlibat aktif dalam melaksanakan tugas belajarnya.
h) Reaksi positif terhadap stimulus yang diberikan guru.
i) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
j) Aktif bertanya pada guru/ siswa lain apabila tidak mengerti.
B. Disiplin Siswa
1. Definisi Disiplin
Sardiman (2007: 111) menjelaskan bahwa siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Siswa atau anak didik menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya.
Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada (Unaradjan, 2003: 9). Sedangkan menurut Tu’u (2004: 40) disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Jadi disiplin siswa adalah kesadaran diri yang muncul dari diri siswa itu sendiri untuk menaati segala ketentuan, peraturan, dan norma yang berlaku di dalam kelas dan dilingkungan sekolah.
2. Fungsi Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, prilaku, dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar siswa sukses dalam belajar. Tu’u (2004: 38-43) menjelaskan beberapa fungsi disiplin yaitu :
a) Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan demikian, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.
b) Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh factor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke dalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik pribadinya. Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c) Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. Sikap, perilaku seseorang tidak dibentuk dalam sekejap. Diperlukan pembinaan, tempaan yang terus menerus sejak dini. Disiplin tersebut akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari lingkungan keluarga, melalui pendidikan yang tertanam sejak usia muda yang semakin lama semakin menyatu kuat dalam dirinya dengan bertambahnya usia.
d) Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadarn diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke suatu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan karena kesadaran diri , melainkan karena rasa takut dan acaman sanksi disiplin. Disiplin yang terpaksa akan memberi pengaruh yang kurang baik. Jadi disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. Dengan pendampingan guru-guru, pemaksaan, pembiasaan dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya.
e) Hukuman
Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi melemah. Tata tertib yang sudah disusun dan disosialisasikan seharusnya diikuti dengan penerapan secara konsisten dan konsekuen. Siswa yang melanggar peraturan yang berlaku harus diberi sanksi disiplin. Tanpa sanksi disiplin yang konsisten dan konsekuen akan membingungkan, memunculkan ketidakpuasan dan rasa ketidakadilan bagi yang disiplin. Sanksi disiplin berupa hukuman tidak boleh dilihat hanya sebagai cara untuk menakut-nakuti atau untuk mengancam seorang tidak berani berbuat salah. Sanksi seharusnya sebagai alat pendidikan dan mengandung unsur pendidikan. Tanpa unsur itu, hukuman kurang bermanfaat.
f) Mencipta lingkungan kondusif
Mendidik, mengajar dan melatih terdapat dalam proses pendidikan. Mendidik mengarah kepada meningkatkan moral, mental, spiritual dan kepribadian. Mengajar dan pembelajaran meningkatkan kemampuan berpikir yang mengarah kepada peningkatan keterampilan. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tentram, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai dan hubungan pergaulan yang baik. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan mencapai hasil optimal. Sebab unsur-unsur yang menghambat proses pendidikan dapat diatasi dan diminimalkan oleh situasi kondusif tersebut. Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar.
3. Macam-macam Disiplin
Hadisubrata dalam Tu’u (2004: 44-47) menjelaskan ada tiga macam disiplin yaitu disiplin otoritarian, disiplin permisif, dan disiplin demokratis. Ketiga macam disiplin tersebut diuraikan sebagai berikut:
a) Disiplin otoritarian
Peraturan dibuat sangat ketat dan rinci, dalam disiplin otoritarian ini. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang memetuhi dan menaati peraturan. Disini dapat terjadi orang patuh dan taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan dan tidak aman. Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada ketidakpuasan, pemberontakan dan kegeliasahan karena berbuat sesuatu hanya sekedar untuk memuaskan pihak lain (orang tua, sekolah, guru).
b) Disiplin permisif
Disiplin permisif ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya, kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya dan memberi dampak berupa kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang. Atau bahkan menjadi takut, cemas dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa kendali.
c) Disiplin demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Disiplin ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Dalam disiplin demokratis kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesadaran dirinya. Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
C. Prestasi Belajar
1. Definisi Belajar
Di kalangan para ahli terdapat keragaman dalam menjelaskan arti belajar. Keragaman mengartikan belajar timbul dari perbedaan titik tolak atau sudut pandang mereka. Namun demikian, ada beberapa kesamaan dalam pandangan dasarnya yaitu bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
“Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang sudah dipelajari” (Djamarah, 1994: 21). Selanjutnya menurut Sardiman (2007: 21) “belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri”. Sanjaya (2007: 108) mengemukakan bahwa “belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku siswa yang terjadi sebagai akibat dari bimbingan guru maupun usaha sendiri yang meliputi perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran akademik.
2. Definisi Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua istilah yaitu prestasi dan belajar. dalam tulisan ini istilah prestasi belajar tidak dipisahkan antara prestasi dan belajar, akan tetapi merupakan suatu rangkaian kalimat yang mempunyai arti sendiri.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang sudah di usahakan: belajar-kerja” (Badudu, 2001: 1088). Sedangkan “belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dan bahan yang telah dipelajari. Dari hasil aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam individu. Sebaliknya bila tidak terjadi perubahan individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil” (Sardiman dalam Djamarah 1994: 21). Selanjutnya menurut Tu’u (2004: 75) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan/ keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.
Pendapat lain menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses aktif, yang dimaksud aktif disini ialah, bukan hanya aktivitas yang nampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi juga aktivitas-aktivitas mental, seperti proses berpikir, mengingat dan sebagainya” (Mustakin dan Wahib 1991:61)
Secara akademis prestasi adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (Depdikbud, 2002: 895)
Setelah menelusuri pernyataan di atas, maka dapat dipahami mengenai makna “prestasi belajar” adalah kecakapan nyata atau kecakapan aktual yang diperoleh oleh seseorang setelah ia belajar suatu pengetahuan tertentu (Nurkencana,1986: 40)
Poerwadinata dalam Djamarah (1994: 20) berpendapat bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja”.
Pendapat lain juga menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah kemampuan maksimal yang dicapai oleh seseorang dalam usaha menghasilkan pengetahuan-pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan” (Sumartana, 1976: 25).
Setelah mencermati dan mengkaji uraian diatas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau kecakapan aktual yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar. Dalam kenyataan ini bahwa, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah dengan apa yang dibayangkan, tetapi penuh dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu mencapainya. Oleh karena itu, wajarlah pencapaian prestasi harus dengan melalui keuletan kerja dalam mencari pengetahuan atau pengembangan keterampilan dalam bentuk mata pelajaran sehingga akan menimbulkan perubahan baik dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua faktor yaitu :
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang imbul atau bersumber pada diri individu pelajar yang menyangkut keadaan jasmani rohani atau fisik. Ada beberapa faktor yang termasuk faktor internal yaitu :
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk mengetahui, menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat
2) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang
3) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Jika bahan atau materi yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar nya akan lebih baik.
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perubahan. Kuat lemahnya seseorang didalam belajar akan mempengaruhi keberhasilan belajar yang dicapainya.
5) Kesiapan
Kesiapan adalah kesiapan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesiapan timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan erat dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan diperlukan karena jika siswa kurang siap dalam belajar, maka hasil belajarnya kurang memuaskan, namun sebaliknya jika siswa sudah memiliki kesiapan yang matang maka hasilnya jauh lebih baik.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar individu yaitu dari lingkungan tempat untuk melakukan kegiatan belajar. Beberapa hal yang termasuk faktor eksternal adalah sebagai berikut :
1) Suasana tempat belajar
Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi di dalam belajar, maka perlu salah satu syarat yang harus dipenuhi, persyaratan yang dimaksud adalah tersedianya tempat belajar yang baik. Apabila hal ini tidakmempengaruhi, maka sangat memungkinkan hasil belajar yang tidak baik, optimal, artinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2) Keadaan keluarga
Salah satu faktor yang juga mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga. Suasana hubungan dalam keluarga juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Hubungan antara keluarga yang tidak serasi akan menimbulkan suasana yang tegang, sebaliknya apabila hubungan keluarga yang harmonis mendorong semangat untuk belajar.
4. Penilaian Prestasi Belajar
Menurut Usman (2002), dalam sistem pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan pembelajaran akademik umum dan khusus menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga tipe prestasi belajar yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Winkel (2004) Adapun penjelasan dari ketiga ranah tersebut di atas adalah sebagai berikut :
4. Ranah Kognitif
Dalam ranah kognitif diklasifikasikan menjadi 6 kategori yaitu :
1) Pengertahuan: mencakup ingatan aka hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal tersebut dapat meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang diketahui.
2) Pemahaman: mencakup kemamuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data dalam bentuk tertentu kebentuk lain, seperti data dalam bentuk tabel diubah kedalam bentuk kalimat atau kata.
3) Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/ masalah yang kongkret dan baru.
4) Analisis: mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga terstuktur keseluruh dapat dipahami.
5) Sintesis: mencakup untuk membentuk suatu kesatuab atau pola baru, bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga tercipta suatu bentuk baru.
6) Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang dinyatakan dalam bentuk penilaian.
5. Ranah Afektif
Ranah afektif diklasifikasikan menjadi 5 yaitu :
1) Penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti pelajaran yang dijelaskan oleh tenaga pendidik.
2) Partisipasi: mencajup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam bentuk kegiatan.
3) Penilaian/ penentuaan sikap : mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
4) Organisasi: mencakup kemampua untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5) Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
6. Ranah Psikomotorik
Dalam ranah psikomotorik diklasifikasikan menjadi 7 yaitu :
1) Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
2) Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dala keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
4) Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
5) Gerakan yang kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah dikuasainya dan siap untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
7) Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirka aneka pola gerak gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Mataram digunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yaitu pendekatan dimana data yang diperoleh disajikan dalam bentuk angka, sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif deskriptif yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mengetahui apakah respon siswa pada metode pemberian tugas dan kedisiplinan siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011 (Margono, 2003: 103).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Arikunto (2002 : 108) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Sedangkan Umar (2004 : 77) menyatakan bahwa populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari difinisi di atas yang telah diuraikan maka yang akan dijadikan populasi adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Mataram yang beragama Hindu berjumlah 45 orang.
2. Sampel
Arikunto (2002: 109) yang menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sedangkan Umar (2004: 77) menyatakan bahwa sampel adalah bagian kecil dari populasi. Selanjutnya Sugiono (2009: 81) menjelaskan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pada jumlah siswa yang berjumlah 45 orang maka sampel pada penelitian ini diambil secara keseluruhan oleh karena itu dapat dikatakan penelitian ini adalah merupakan suatu penelitian populasi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa, Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil seluruhnya sebagai subyek penelitian, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyek penelitiannya dalam jumlah besar lebih dari 100 0rang maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002 : 112).
C. Tehnik Pengumpulan Data
1. Metode Koesioner/ angket
Metode angket (kuesioner) merupakan suatu alat pengumpul data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pernyataan tersebut (Umar, 2004: 49).
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 128). Selanjutnya Margono (2004: 167) kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kuesioner/angket adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data serta informasi tentang responden dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti.
Data yang dikumpulkan melalui metode angket dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan keteladanan kepribadian guru agama Hindu terhadap disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran agama Hindu di SMP Negeri 2 Mataram. Sedangkan angket yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu angket sikap dengan menggunakan skala Likert yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang tentang gejala sosial. Ada dua instrument yaitu keteladanan kepribadian guru agama Hindu dan disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran agama Hindu. Masing-masing instrumen dijabarkan kedalam bentuk item pernyataan yang berjumlah 30 item. Instrumen disebarkan kepada responden yang berjumlah 45 siswa Hindu kelas VIII di SMPN 2 Mataram dengan kisaran nilai 1 sampai 5. Alternatif jawabannya yaitu sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, yakni pengamatan yang di lakukan di dalam situasi sebenarnya. Sedangkan tidak langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap subjek yang diselidiki dengan sebuah alat (Riyanto, 2007: 83-84)
Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tempat/lokasi penelitian, keadaan lingkungan penelitian , guru bidang studi agama Hindu dan proses pembelajaran agama Hindu serta kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.
3. Dokumentasi
Arikunto (2002: 207) menyatakan bahwa dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, data-data, transrip, buku, notulen rapat, foto-foto, agenda dan lain-lain. Metode ini peneliti lakukan dengan cara pengambilan gambar di SMP Negeri 2 Mataram, gambar yang berupa foto, absensi siswa, data tentang SMAN 2 Mataram yang dilampirkan pada bagian lampiran skripsi ini.
D. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan tertentu dalam rangka menginterpretasikan data, ditabulasikan sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan (Arikunto, 1997: 2008). Kegiatan dalam analisa data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasikan data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data sub variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiono, 2009: 147).
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa Pearson Product Moment. Analisis ini akan menguji besarnya pengaruh keteladanan kepribadian guru agama Hindu terhadap disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran agama Hindu siswa SMA Negeri 8 Mataram.
Dimana :
= Koefisien r Product Moment
= Jumlah dari hasil kali antara deviasi skor X dan skor Y
= Jumlah deviasi skor X setelah terlebih dahulu dikuadratkan
= Jumlah deviasi skor Y setelah terlebih dahulu dikuadratkan
(Hadi, 2004: 236).
Korelasi Pearson Product Moment (PPM) dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = - 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut :
Tabel 3.1
Interprestasi Koefisien Nilai r
Interval Koefisien | Tingkat Hubungan |
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0, 399 0,00 – 0,199 | Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah |
(Riduwan, 2007: 138)
Hasil rhitung dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5% dan membuat keputusan dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Kaidah keputusannya adalah jika rhitung ≥ dari rtabel maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya ada pengaruh yang signifikan Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011. Sebaliknya jika rhitung ≤ dari rtabel maka Ho di terima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan Respon Siswa Pada Metode Pemberian Tugas dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Undang-undang RI.No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya: Harina.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badudu J.S. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Sinar Harapan
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga: Balai Pustaka
Djamarah, Saiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Usaha Nasional
Hadi, Sutrisno. 2003. Statistic jilid 2. Yogyakarta: Andi.
Ihsan, H. Fuad. 2003. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara
Margono. 2004. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mustakin dan Wahib. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurkencana, W. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Ridwan.2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana. 2000. Tuntunan Penyusunan karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Argensindo
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sumartana. 1976. Masalah dan Kesulitan Belajar. Bandung: CV Alfabeta.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Unaradjan. 2003. Manajemen Disiplin. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Winkel W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Http://www. Scribd.com/doc
Http://www.websters.dictionary-online-net/pengertian_tugas
Http://Indikator_Pemberian_Tugas/Winarno /www.scribd.com